Rabu, 03 April 2013

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Pembuatan rencana pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan belajar dan mengajar. Tahapan pembuatan rencana pembelajaran dimulai dengan analisis karakteristik siswa dan lingkungan. Selanjutnya guru dapat melakukan pembuatan tujuan instruksional. Tujuan instruksional terbagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional khusus (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK).
TIU sering disebut dengan standar kompetensi. TIU telah dibuat oleh pemerintah, sehingga sebagai guru hanya melaksanakannya. Akan tetapi, guru masih perlu membuat TIK. TIK dirumuskan oleh guru setelah memperhatikan karakteristik dari peserta didiknya. Tujuan Instruksional (TIK) yang istilah lainnya adalah sempit dibanding TIU dan merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku spesifik.dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan pengajar dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya didasarkan pada TIU.
Permasalahan yang diangkat dalam permasalahn ini adalah bagaimana penulisan TIK yang tepat. Tujuannya untuk dapat menuliskan TIK dengan tepat.

Pengertian Tujuan Instruksional Khusus
Tujian instruksional khusus merupakan komponen penting dalam menyusun desain instruksional. TIK merupakan permulaan dan panduan dalam desain instruksional. TIK digunakan untuk menyusun kisi-kisi dan validasi tes (Suparman, 2012).
Perumusan TIK harus jelas, pasti, dan dapat diukur. TIK harus dirumuskan dengan jelas, maksudnya  TIK harus dituliskan dan di beritahukan kepada peserta didik. Tujuannya adalah untuk menyamakan persepsi TIK pada peserta didik dan pendidik. Perumusan TIK seharusnya pasti, yaitu hanya mengandung satu pengertian dan tidak ambigu. perumusan TIK juga harus menunjukkan tingkat pencapaian peserta didik (Suparman, 2012).
Tujuan instruksional dapat menjadi arah proses pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses instruksional. Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan tersebut merupakan ukuran keberhasilan sistem instruksional yang digunakan oleh pengajar.
Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Tujuan Instruksional Khusus merupakan suatu rumusan yang menjelaskan apa yang ingin dicapai, atau menjelaskan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari apa yang dipelajari oleh siswa.

Syarat- syarat Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan Instruksional Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional Umum. Dalam perumusan TIK harus memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
1.    Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar, bukan proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru mengharapkan siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri nilai sosial. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar adalah “siswa mampu mengidentifikasi nilai sosial”.
2.    Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan Instrusional Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, jika dalam satu rencana pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus, kemampuan yang dituntut Tujuan Instruksional Khusus  :
a)      Dapat menjelaskan;
b)      Dapat memberi contoh dan ;
c)       Dapat menggunakan;
3.    Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus sesuai dengan kemampuan siswa
4.    Banyaknya TIK yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia untuk mencapainya (Hernawan, 2005).
Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku (internal)
Menurut (Hernawan, 2005) perumusan TIK mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1.     Kognitif :
a.         Mencakup pengetahuan ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan
b.         Mencakup pemahaman untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari
c.         Mencakup kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode yang baru
d.        Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
e.         Mencakup kemampuan membentuk suatu kesatuan
f.          Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
2. Afektif:
a.         Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
b.        Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif
c.         Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
d.        Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
e.         Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai nilai kehidupan
3. Psikomotorik:
a.         Mencakup kemampuan untuk membedakan ciri ciri fisik
b.        Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai gerakan
c.         Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik
d.        Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik dengan lancar
e.         Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilandengan lancar, efisien dan tepat
f.         Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan Pola gerak gerik yang mahir
g.        Mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak gerik yang baru

Komponen- komponen Rumusan Tujuan Instruksional Khusus
TIK dapat dilakukan dengan menggunakan dua format yaitu format Merger dan ABCD format.
1. Format Merger
Merger merekomendasikan syarat– syarat untuk menentukan tujuan perilaku yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
a.         Mengidentifikasi tingkah laku terakhir yang ingin dicapai oleh pembelajar
b.        Menentukan dalam kondisi bagaimana tingkah laku tersebut dapat dicapai
c.         Membuat kriteria spesifik bagaimana tingkah laku tersebut dapat diterima.
Merger mendiskripsikan audiense hanya sebagai murid atau pembelajar, dengan menggunakan sebuah format ”kamu akan bisa untuk”. Para desain pembelajaran yang menggunakan format Marger ini biasanya menggunakan ”SWABAT” yang berarti ”the student will be able to”.
2. Format ABCD
Berikut ini penjelasan tentang komponen perumusan TIK. pada prinsipnya format ini sama dengan yang dikemukakan oleh Marger, namun pada bagian ini menambahkan dengan mengidentifikasi audiense, atau subjek pembelajar. Unsur– unsur tersebut dikenal dengan ABCD yang berasal dari empat kata sebagai berikut (Suparman, 2012):
A = Audience
B = Behaviour    
C = Condition     
D = Degree
a. Audience
Audience merupakan peserta didik yang akan belajar. Peserta didik harus dijelaskan secara spesifik. Hal ini dimaksudkan di luar populasi yang ingin mengikuti pelajaran tersebut dapat menempatkan diri seperti siswa atau mahasiswa yang menjadi sasaran dalam sistim instruksional tersebut. Misalnya  siswa kelas X..
b. Behavior
Merupakan perilaku atau kemampuan yang diharapkan, dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri atas kata kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata kerja operasional seperti menjelaskan, memberi, contoh, menyusun, membuat, merakit, menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: menjelaskan ciri makhluk hidup.
c. Condition
Yaitu batasan yang dikenakan kepada peserta didik atau alat yang digunakan peserta didik saat ia di tes. Komponen C dalam setiap TIK merupakan unsur penting dalam menyusunan instrumen tes. Komponen C dalam TIK merupakan dasar penyusunan masalah. Butir soal tes harus relevan dengan TIK. Contoh: dengan diskusi, melalui demonstrasi.
d. Degree
Degree merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku tersebut. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dianggap dapat diterima. Apabila menurut analisis instruksional perilaku dalam TIK yang bersangkutan merupakan perilaku prasyarat yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum meneruskan mempelajari perilaku yang lain, kedudukan komponen D dan TIK yang bersangkutan menjadi sangat penting. Misalkan, minimal 90% benar, paling sedikit 4 benar, dan sebagainya.
Dalam merumuskan TIK, komponen ABCD dalam penerapannya terkadang tidak disusun secara berurutan namun dapat dibalik-balikkan.
Contoh:
Siswa kelas XI dapat menjelaskan minimal lima ciri-ciri makhluk hidup melalui praktikum.
A: Siswa
B: Menjelaskan
C: Melalui praktikum
D: Minimal lima

Kata Kerja Operasional dalam TIK
            Penggunaan kata kerja operasional dalam TIK masih menjadi kontroversi. Sebagian pihak menganggap penggunaan kata kerja operasional menyebabkan pembelajaran menjadi sempit dan terbatas. Namun, beberapa pihak menyatakan penggunaan kata kerja operasional digunakan untuk mendapatkan kepastian tentang kegiatan yang direncanakan (Suparman, 2012).

Contoh Kata Kerja Operasional
Kata kerja operasional dalam ranah kognitif meliputi:
1.     Pengetahuan (knowledge)
 Mendefinisikan, mendeskripsikan, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan (states), mereproduksi.
2.  Pemahaman (comprehension)
Mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali,memperkirakan.
3.  Aplikasi
Mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemuan, memanipulasikan, memodifikasi, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan menghubungkan, menunjukan, memecahkan, menggunakan.
4.  Analisis
Memerinci, menyusun diagaram, membedakan, mengidentifikasikan, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukan, menghubungkan, memilih, memisahkan, membagi (subdivides).


5. Sintesis
 Mengategorikan, mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, memubat desain, menjelaskan, memodifikasi, mengorganisasikan, menyusun, membuat rencana, mengatur kembali, mengrekonstruksikan, menghubungkan, mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan, memceritakan.
6.  Evaluasi
Menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik,  membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungkan, membantu (supports).

Contoh Perumusan TIK di SMA Sjakhyakirti
            Berdasarkan analisis karakter siswa di SMA Sjakhyakirti palembang, dapat dirumuskan TIK sebagai berikut:
No
Perilaku Khusus
TIK
1.
Mengidentifikasi perbedaan antara Archaebacteria dan Eubacteri
Siswa kelas X dapat mengidentifikasi minimal 4 perbedaan Archaebacteria dan Eubacteria melalui diskusi
2.
Mengelompokkan Archaebacteria (berdasarkan metabolisme dan ekologinya)
Siswa kelas X dapat membedakan minimal dua jenis Archaebacteria melalui diskusi
3.
Mengidentifikasi bentuk bakteri
Siswa kelas X dapat mengidentifikasi minimal tiga bentuk bakteri melalui metode demonstrasi.
4.
Menyimpulkan proses reproduksi bakteri
Siswa kelas X dapat menuliskan kembali tiga jenis reproduksi bakteri melalui metode demonstrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar